"Apa sebenarnya tujuan kamu kuliah?"
Sebelum muncul pertanyaan ini, sebenarnya saya sedang di tingkat kejenuhan. Saya malas kuliah padahal belum sampe setahun umur saya dikampus biru ini. Saya bingung kenapa saya berada di kelas. Saya jenuh kenapa duduk di kelas begitu membosankan. Saya jenuh kenapa kerjaan saya cuma kuliah, pulang, jaga toko, kuliah, pulang, jaga toko itu-itu saja. Saya jenuh kenapa rasanya kuliah itu kok begitu-begitu saja. Lalu akhirnya pertanyaan di atas muncul.
Kadang di suatu saat saya berpikir ya, dunia perkuliahan itu berbeda dengan dunia anak SMA.
Kadang saya berpikir kalau enakan jadi anak SMA daripada anak kuliahan. Tapi kembali lagi saya merenung, semua kejadian yang telah terjadi, biarlah terjadi. Tak bisa diatur ulang kembali kejadian yang sudah terjadi. Kira-kira begitulah.
Lanjut ...
"Sebenernya tujuan kuliah lu itu apa sih lan? Apa sebenernya yg lagi kamu perjuangkan?"
Untuk kuliah sendiri, pengorbanannya ga sedikit. Kita mengorbankan waktu 4 tahun dan tenaga yg jelas tidak sedikit. Jadi kalo di analogikan kuliah itu seperti naik kapal laut pribadi, untuk naek ke kapal itu butuh biaya yg tidak sedikit, kita akan berada di kapal itu selama 4 tahun dan akan membutuhkan banyak tenaga untuk mengendalikannya.
Awal perjalanan memang akan terasa menyenangkan, banyak pengalaman baru yg dirasakan. Tapi apa ini bertahan lama? Ternyata tidak, Lama kelamaan kita akan tiba masanya kita jenuh. Pemandangan yg ada hanya itu-itu saja. Tidak ada yg berbeda. Itu-itu saja.
Saya mencoba bertanya kepada teman-teman saya: Tujuan kuliah kamu apa?
"Hmm.. apa ya lan? Ya kuliah aja lan."
" Saya? sy ingin jadi dokter lan, jadi harus ambil S1 dulu dong"
"Ingin seperti ayah saya lan, kerja dikantoran jadi harus ada ijasah S1 gitu"
"Kan kalo lulus SMA emang harus kuliah, jadi aku kuliah aja."
"Aku pengen cari pengalaman dan temen-temen baru aja lan."
"Aku pengen cari gebetan baru nih."
Banyak jawaban yg muncul, tapi ga ada yg berhasil memuaskan pertanyaan saya. Jawaban dari pertanyaan ini harus bisa jadi bahan bakar semangat saya untuk kuliah 4 tahun lagi. Bukan cuma jawaban yg buat keren-kerenan. Jawaban yg akan menentukan apa yg sebenarnya harus diperjuangkan.
Jadi kalo tadi pertanyaan pertama, sekarang muncul pertanyaan kedua.
"Apakah tujuan kuliah kamu bikin kamu semangat menjalani kegiatan di kampus?"
Kalo ternyata jawabannya ga, mungkin itu bukan tujuan kuliah yg paling tepat. Karena pada akhirnya tujuan kuliah itu bersifat personal. Tujuan kuliah saya mungkin berbeda dengan tujuan kamu, selama itu membuat semangat menjalani kegiatan di kampus, itu tujuan kuliah sesungguhnya. Walaupun begitu saya pun tetap masih bingung dengan tujuan kuliah sebenarnya.
Saya seharusnya berusaha untuk mengikuti organisasi bukan lagi buat menuhin CV tapi untuk melatih soft skill saya. Karena saya seharusnya sadar dan yakin kalau semakin sering saya saya melatih soft skill saya, komunikasi saya, leadership saya, team work saya, maka akan semakin berkualitas ilmu management saya nanti. Betul tidak? Gimana sih wulan ini "o"
Mindset saya harus berubah. Kini saya berusaha datang ke kelas bukan lagi untuk melakukan kewajiban, yaitu hanya untuk sekedar absen. Saya brusaha belajar, duduk dikelas untuk meningkatkan hard skill saya. Akan jadi manager seperti apa saya kalo ilmu management nya saja tidak mumpuni. Saya belajar untuk sesadar mungkin dengan ilmu yang saya pelajari, semoga ilmu yang telah saya pelajari itu akan sangat berguna pada saat saya bekerja nanti.
Sembari saya menulis tulisan ini, saya berusaha untuk mengubah mindset saya kalau kuliah itu bukan sekedar rutinitas saja. Kuliah ini adalah proses, proses membentuk diri kita menjadi apa yang kita inginkan di masa mendatang.
Tapi kembali saya katakan, tujuan kuliah itu bersifat personal, mahasiswa yg tujuan kuliahnya agar jadi dokter mungkin akan menjalani kegiatan yang sama di masa kuliahnya dengan saya. Dan jika jadi pengusaha atau manajemen seperti saya, mungkin kita seharusnya akan memperbanyak kegiatan yg menambah pengalaman berwirausaha dan relasi. Mahasiswa yang ingin jadi dosen, mungkin akan berbeda lagi. Mereka akan memfokuskan diri di bidang ilmu mereka.
Tidak ada tujuan yang benar ataupun yang salah. Selama itu bikin kamu semangat menjalani kegiatan di kampus, itu tujuan utama kamu.
Jadi, apa sebenarnya tujuan kuliah kamu? Dan apakah tujuan kuliah kamu sudah bikin kamu semangat menjalani kegiatan di kampus?
Selain itu ada satu cerita menarik yg membentuk pandangan saya tentang IPK. Walaupun banyak yang berargumen IPK itu tidak penting tapi tidak sedikit juga yg mengatakan IPK itu penting, termasuk saya. Yaaaaaa dikatakan tidak penting mungkin karena kalau jaman sekarang itu mudah mendapatkan IP diatas 3 dan belum tentu hasil ujian itu pure (murni) hasil kerja sendiri ya itu bukan mungkin lagi karena sekarang mahasiswa "ngerepek" alias nyontek itu udah banyak (termasuk saya karena terpaksa yang lainnya nyontek dan dapet nilai lebih bagus daripada saya, maka saya pun iri tidak mau kalah. Tapi jujur, saya kurang pandai untuk mencontek :( terbukti beberapa kali saya pernah ketahuan mencontek (apes bener) sedangkan yang lainnya tidak (mereka pintar menyembunyikan repekan hihihi) dan skor mereka lebih baik daripada saya. Adil gak?
Kadang saya kesel juga nih, buktinya semester ini kejadiann seperti itu pun terjadi. Mereka (yang saya tak katakan nama orangnya) tidak pernah maju kedepan kelas kerjain soal, jarang aktif bertanya, saat ujian ngerepek (via kertas dan hape yang tidak ketahuan) dan tau-taunya skor akhirnya dia dapet A. Sedangkan saya yang bisa dibilang aktif dikelas, selalu maju kerjain soal akutansi biaya didepan kelas, saat ujian kerja sama (bukan ngerepek lo tapi kerja sama hahaha) tapi tau-taunya saya dapet B. Adil gak? Tidak saya bilang. Ah gak fair nih dosennya kasi nilai. Ah percuma saja berarti saya selama satu semester ini aktif kerjain soal didepan kelas. Ah... Ah dan masih banyak lagi keluhan dan kekesalan saya diluar konteks perkuliahan. Ini bisa dipengaruhi oleh faktor dosen. Ya.. Dosen itu ibarat dewa saat masa perkuliahan
Hmmm tapi saya juga berani mengatakan bahwa IPK itu penting. Kalau gitu saya ilustrasikan sedikit. Kalian bisa silakan lanjutkan membaca dan Semoga bermanfaat ya! :)
Suatu hari ada mahasiswa yang pada saat itu beruntung bisa ikut serta seleksi untuk magang di sebuah perusahaan Asing terkenal.
Saat sesi tanya jawab sebelum tes interview dimulai, ada yg bertanya:
"Kenapa hanya yg ber IPK 3,5 yg bisa ikut tes? Seberapa penting IPK bagi perusahaan itu?"
Ini jawaban salah satu pegawai HRD nya.
"Tugas utama mahasiswa itu belajar. Orang tua kalian tahunya kalian sedang belajar disini. Dan tahukan kalian apa indikator paling sederhana dari keseriusan kalian dalam belajar? Tahukah kalian indikator paling mudah dari bentuk tanggung jawab kalian menjalankan tugas utama kalian?
IPK.
Selain itu juga kami mempertimbangkan skill yang kamu miliki.
Kami mencari orang-orang yang bertanggung jawab. Bagaimana bisa kami memilih mahasiswa yang dalam menjalankan tugas utamanya saja tidak bertanggung jawab?”
—
Ini salah satu pendapat saja, pendapat kamu berbeda?
Tak apa. Dunia indah karena adanya perbedaan pendapat. :)
Lucu juga baca ceritanya, emang bener gak semua nilai A itu ada isinnya.. saya juga pernah dapet A padahal dosen aja jarang banget masuk, ada juga temen saya yang dapet nilai c sedangkan temen kelompoknya dapet b padahal yang ngerjain dia, protes juga gak digubris..gitulah the power of Dosen .sebenernya saya juga gak terlalu setuju kalau IPK dijadikan patokan ukuran seseorang, padahal nyatanya gak semua semua sesuai dengan IPK. Tapi mau gimana lagi..IPK emang penting dalam dunia kerja ataupun buat cari beasiswa. Jadi selain cari IPK kita juga perlu mengembangkan softskill kita dg ikut organisasi/ komunitas biar bisa jadi tambahan nilai kalau IPK sedikit kurang mendukung hehe. Kalau bisa ya dua2 nya memenuhi kriteria..
ReplyDelete